Rabu, 08 Januari 2014

Integritas



Resensi Buku – INTEGRITAS (memimpin di bawah pengamatan TUHAN)

Keadaan dunia yang mengalami kemorosotan dalam segala bidang sehingga berakibat suatu dekadensi spiritual dan moral, maka apa yang dbutuhkan untuk menjawab persoalan tersebut dan membawa kepada jalan keluar? Jawabannya adalah dibutuhkan kepemimpinan berintegritas, yang memiliki tugas untuk membawa keluar dari krisis dengan menyelesaikan krisisi tsb tetapi juga membawa pengaruh akan sebuah nilai – nilai kebenaran yang tertinggi kepada jaman itu.

Buku ini menantang setiap orang Kristen akan keberadaannya sebagai pribadi yang dipilih dan dipanggil Tuhan untuk hidup berintegritas. Hidup berintergritas bukan sebuah tawaran, tetapi adanya sebuah tantangan dan ketika mengerjakannya dibutuhkan sebuah terobosan karena tidak populer di tengah – tengah jaman saat ini, karena yang terjadi saat ini adalah yang sebaliknya dimana tidak ada integritas, yaitu ketidakjujuran, ketidakadilan, ketidakbenaran dan hal ini adalah sesuatu yang terbiasa bagi masyarakat.

Bagian pertama buku ini bicara ttg kepemimpinan dan integritas dengan sebuah pertanyaan, mengapa integritas itu penting? Penulis memberikan contoh tentang perusahaan – perusahaan besar yang seperti Ford Motors, Shell, Hewlett Packard, yang menekankan integritas. Dalam Perjanjian Lama, integritas menggunakan kata Shalom sebagai ungkapan bagi keseluruhan kehidupan yang utuh yang ditandai oleh konsistensi dan keselarasan. Abraham menjadi contoh, Allah memanggil untuk hidup dihadapan Tuhan dengan tidak bercela (Kejadian 17:1-2). Sebagai wujud integritas, penulis memberikan contoh Rasul Paulus pada pelayanannya di Korintus yang ditulis di surat Korintus kedua. Ada tiga ciri integritas, motivasi yang murni, konsistensi, dan keandalan.

Bagian kedua, kepemimpinan dan panggilan, adanya akuntabilitas sejati, saat menjalani kehidupan dengan Allah sebagai saksi kita, Allah sangat memedulikan setiap bagian dalam kehidupan kita, bahkan bagian-bagian yang tidak dilihat orang lain, termasuk juga ketika kita melayani orang lain, yang merupakan ciri kepemimpinan berintegritas. Penulis juga memaparkan potret seorang pemimpin yang berkualitas yang merupakan prioritas – prioritas Injil.   

Bagian ketiga, kepemimpinan dan komunitas. Dalam membangun komunitas perlu ada otoritas yang digunakan. Saat Paulus melayani di Korintus, dia tidak menggunakan posisinya untuk menjaga reputasi tetapi untuk memberikan kesejahteraan bagi jemaat yang dilayaninya agar tidak terperangkap oleh pikiran – pikiran yang salah tentang Injil, sehingga dalam menjalankan pelayanan relasi antar jemaat dapat terjalin. Dalam bab ini penulis juga memaparkan tentang menangani kegagalan dan keuangan.

Bagian keempat, kepemimpinan dan tantangan – tantangan yang dihadapi, seringkali tantangan yang dihadapi ketika menjumpai diri kita dalam kelemahan, kelemahan kita bukan berarti kita menjadi orang yang kalah, tetapi menjadi realistis, karena dalam kelemahan itu adalah kesempatan untuk memperlihatkan kuasa Allah, dan hasilnya adalah untuk kemuliaan Allah. Tantangan yang lain adalah adanya ambisi, bolehkah kita berambisi, bagaimana melihat ambisi yang sejati, tantangan yang lain adalah keangkuhan dan panggilan untuk merendahkan diri.

Bagian kelima, integritas sebagai cara hidup, bentuknya adalah menjalani hidup dengan rasa puas. Rasa puas seperti apa, buku ini menjelaskan dengan runut dan lengkap. Adanya konsisten menjalani hidup, juga merupakan cara hidup berintegritas yaitu dengan menjalani kehidupan suci dengan menghilangkan perbedaan antara sakral dan sekuler. Dan bagian terakhir dari bab ini adalah menjalani kehidupan secara autentik, yang dimaksud adalah memandang segala sesuatu dari sudut iman Kristen.

Buku ini menjadi lengkap dengan adanya renungan akhir, yang merupakan sebuah refleksi akan keberadaan setiap pribadi Kristen yang akan memimpin dibawah pengamatan TUHAN.

        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar