Resensi Buku – INTEGRITAS (memimpin di bawah
pengamatan TUHAN)
Keadaan dunia yang mengalami kemorosotan
dalam segala bidang sehingga berakibat suatu dekadensi spiritual dan moral,
maka apa yang dbutuhkan untuk menjawab persoalan tersebut dan membawa kepada
jalan keluar? Jawabannya adalah dibutuhkan kepemimpinan berintegritas, yang
memiliki tugas untuk membawa keluar dari krisis dengan menyelesaikan krisisi tsb
tetapi juga membawa pengaruh akan sebuah nilai – nilai kebenaran yang tertinggi
kepada jaman itu.
Buku ini menantang setiap orang Kristen akan
keberadaannya sebagai pribadi yang dipilih dan dipanggil Tuhan untuk hidup
berintegritas. Hidup berintergritas bukan sebuah tawaran, tetapi adanya sebuah
tantangan dan ketika mengerjakannya dibutuhkan sebuah terobosan karena tidak
populer di tengah – tengah jaman saat ini, karena yang terjadi saat ini adalah yang
sebaliknya dimana tidak ada integritas, yaitu ketidakjujuran, ketidakadilan,
ketidakbenaran dan hal ini adalah sesuatu yang terbiasa bagi masyarakat.
Bagian pertama buku ini bicara ttg
kepemimpinan dan integritas dengan sebuah pertanyaan, mengapa integritas itu
penting? Penulis memberikan contoh tentang perusahaan – perusahaan besar yang seperti
Ford Motors, Shell, Hewlett Packard, yang menekankan integritas. Dalam
Perjanjian Lama, integritas menggunakan kata Shalom sebagai ungkapan bagi
keseluruhan kehidupan yang utuh yang ditandai oleh konsistensi dan keselarasan.
Abraham menjadi contoh, Allah memanggil untuk hidup dihadapan Tuhan dengan
tidak bercela (Kejadian 17:1-2). Sebagai wujud integritas, penulis memberikan
contoh Rasul Paulus pada pelayanannya di Korintus yang ditulis di surat Korintus kedua. Ada tiga ciri integritas,
motivasi yang murni, konsistensi, dan keandalan.
Bagian kedua, kepemimpinan dan panggilan,
adanya akuntabilitas sejati, saat menjalani kehidupan dengan Allah sebagai
saksi kita, Allah sangat memedulikan setiap bagian dalam kehidupan kita, bahkan
bagian-bagian yang tidak dilihat orang lain, termasuk juga ketika kita melayani
orang lain, yang merupakan ciri kepemimpinan berintegritas. Penulis juga memaparkan
potret seorang pemimpin yang berkualitas yang merupakan prioritas – prioritas
Injil.
Bagian ketiga, kepemimpinan dan komunitas.
Dalam membangun komunitas perlu ada otoritas yang digunakan. Saat Paulus
melayani di Korintus, dia tidak menggunakan posisinya untuk menjaga reputasi
tetapi untuk memberikan kesejahteraan bagi jemaat yang dilayaninya agar tidak
terperangkap oleh pikiran – pikiran yang salah tentang Injil, sehingga dalam
menjalankan pelayanan relasi antar jemaat dapat terjalin. Dalam bab ini penulis
juga memaparkan tentang menangani kegagalan dan keuangan.
Bagian keempat, kepemimpinan dan tantangan –
tantangan yang dihadapi, seringkali tantangan yang dihadapi ketika menjumpai
diri kita dalam kelemahan, kelemahan kita bukan berarti kita menjadi orang yang
kalah, tetapi menjadi realistis, karena dalam kelemahan itu adalah kesempatan
untuk memperlihatkan kuasa Allah, dan hasilnya adalah untuk kemuliaan Allah.
Tantangan yang lain adalah adanya ambisi, bolehkah kita berambisi, bagaimana
melihat ambisi yang sejati, tantangan yang lain adalah keangkuhan dan panggilan
untuk merendahkan diri.
Bagian kelima, integritas sebagai cara
hidup, bentuknya adalah menjalani hidup dengan rasa puas. Rasa puas seperti
apa, buku ini menjelaskan dengan runut dan lengkap. Adanya konsisten menjalani
hidup, juga merupakan cara hidup berintegritas yaitu dengan menjalani kehidupan
suci dengan menghilangkan perbedaan antara sakral dan sekuler. Dan bagian
terakhir dari bab ini adalah menjalani kehidupan secara autentik, yang dimaksud
adalah memandang segala sesuatu dari sudut iman Kristen.
Buku ini menjadi lengkap dengan adanya
renungan akhir, yang merupakan sebuah refleksi akan keberadaan setiap pribadi
Kristen yang akan memimpin dibawah pengamatan TUHAN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar