Senin, 07 April 2014

Mari membaca!! Dan kunjungi Perpustakaan Perkantas DIY

Dear teman-teman,
mari bergabung dalam keanggotaan perpustakaan Perkantas DIY yang baru....

Bagaimana caranya??
Cukup dengan mengisi data diri kamu dan membayar Rp 2.500, kamu akan mendapatkan kartu anggota perpustakaan Perkantas DIY.
Ketentuan peminjaman buku adalah sebagai berikut:
- maksimal peminjaman buku perpustakaan adalah 2 (dua) minggu, dan dapat diperpanjang;
- untuk keterlambatan dalam mengembalikan buku, akan dikenakan denda sebesar Rp 500/hari/buku, dan apabila keterlambatan pengembalian sangat lama akan dikenakan seharga buku yang ada;
- jika terjadi kerusakan atau kehilangan buku, peminjam wajib mengganti dengan buku yang baru.
Salah satu keuntungan yang bisa didapat adalah mendapat DISKON sebesar 15% untuk setiap pembelian buku di Toko Buku Gracia.

Di Perpustakaan Perkantas DIY, teman-teman dapat meminjam buku bacaan sesuai dengan kebutuhan. Kami menyediakan buku-buku bacaan dengan kategori berikut ini:
- referensi
- biblika, penelaahan Alkitab
- historika dan gereja
- dogmatika dan teologia
- praktika ----> kepemimpinan, pekabaran injil, khotbah dan renungan, doa, bina hidup kristiani, anak dan remaja, konseling dan pelayanan kaum muda, pembinaan, pekerjaan, kebangsaan, love sex and dating, pernikahan, keluarga

Silakan pilih dan pinjam buku yang teman-teman butuhkan. Kiranya itu memperlengkapi teman-teman semua!
Selamat membaca! Tuhan memberkati

Kamis, 09 Januari 2014

Misi Umat Allah




Setiap orang Kristen pasti pernah mendengar kata misi. Misi identik dengan mengacu pada karya misioner gereja secara lintas budaya berdasarkan tujuan Allah mengenai maksud/orientasi sasaran. Misi adalah urusan loyalitas, karena misi merupakan pesan yang Allah ingin sampaikan kepada seluruh ciptaan sehingga boleh mengenal Dia. Terkadang kesibukan kita, justru seharusnya bisa membawa misi tersebut dalam segala bidang kehidupan dan tentu saja melakukan aksi sosial sebagai wujud dari tindakan tersebut.  Umumnya orang Kristen berbicara mengenai misi, identik sekali dengan Injil yang merupakan kabar baik tentang apa yang Allah lakukan melalui Yesus Kristus bagi penebusan dunia sesuai dengan konteks Alkitab.
Awal dari misi dimulai dengan Yesus memberikan perintah kepada murid untuk menjadikan segala bangsa murid dengan proses yang lama sehingga Injil dapat tersebar luas, dampaknya banyak orang non Yahudi boleh mendengar Injil keselamatan. Misi Allah menekankan pentingnya arah konteks Alkitab dari Kejadian hingga Wahyu dengan memaparkan proses penciptaan, kejatuhan, penebusan dan ciptaan baru. Bagian ini adalah dasar bagi misioner untuk mengerti tujuan Allah bagi dunia.
Dalam kitab Kejadian, manusia dibentuk menurut gambar dan rupa Allah seharusnya memiliki tanggung jawab penuh, ini adalah mandat penting dari Allah. Manusia adalah gambar dari Allah, sang Raja yang berkuasa sebagai pemimpin atas seluruh ciptaan, sehingga bisa memperhatikan lingkungan. Mereka diciptakan karena mendapatkan semua kebutuhan dari bumi, namun karena kesalahan manusia sehingga menyebabkan bumi berantakan dan tidak tertata rapi. Allah membuat skenario penebusan yang tertulis dalam Perjanjian Lama melalui para nabi dan digenapi dalam Perjanjian Baru dengan kedatangan Kristus yang bertujuan mendamaikan manusia dengan seluruh ciptaan yang rusak.
Allah mengetahui bahwa semua manusia telah rusak dan telah kehilangan kemuliaan Allah, maka Allah memakai dan mengadakan perjanjian kepada Abraham agar melaluinya semua bangsa dapat terberkati. Kita dapat melihat berkat Abraham dari iman dan pengharapannya, bukan merupakaan bentuk ketaatan saja melainkan melekat pada proses perjanjian Allah yang ditetapkan oleh anugerah penyelamatan Allah. Dalam melakukan pilihan, Allah mempunyai rencana yang baik dan mulia yaitu melalui keturunan Abraham bisa membawa keselamatan melalui kedatangan Yesus Kristus sehingga bangsa non Yahudi boleh mendapatkan suatu perubahan dan mengenalNya. Paulus melihat tokoh Abraham yang bisa membawa pengaruh luar biasa dalam hal pengajaran, iman dan pengharapan sehingga melalui ketaatan dan hati Abraham membuat orang boleh memahami panggilan misi.
Allah hadir ke tengah keluarga Abraham dengan mengambil rupa sebagai 2 orang  pengelana yang hendak melakukan penghukuman kepada Sodom-Gomora dan memberikan kabar baik kepada Abraham. Allah melihat keadaan kedua kota tersebut sangat buruk sehingga banyak orang berkeluh kesah kepadaNya, sehingga membuat Allah menghukum kota tersebut. Itu merupakan sebuah tindakan Allah yang tegas terhadap orang berdosa dan di sisi lain, Allah juga sedang merancangkan penggenapan janjiNya kepada Abraham sehingga melalui keluarga Abraham maka pendidikan mengenai misi Allah bagi dunia dapat terpenuhi.
            Melalui keturunan Abraham, Allah sedang melakukan proses penyelamatan kepada umatNya dengan melakukan penebusan, dalam Perjanjian Lama berarti pembebasan bangsa Israel keluar dari penindasan Mesir dan dalam Perjanjian Baru berarti penyaliban Yesus atas segala dosa manusia. Kitab Keluaran melihat 4 bidang kehidupan bangsa Israel ditindas oleh Mesir yaitu politis, sosial, ekonomis dan spiritual. Dalam kitab tersebut mengandung 2 misi holistik yaitu keadilan Allah terhadap umatNya dan kesetiaan Allah pada janji Abraham. Bila kita kaitkan dalam penebusan Yesus melalui penyaliban sebenarnya berbicara penebusanNya sendiri bagi semua dosa manusia, sehingga Paulus menekankan penebusan sebagai hal yang sangat kuat dalam melihat misi Allah bagi dunia. Sebagai wujud penebusan yang telah kita terima, maka sepatutnya kita bersyukur kepadaNya dengan pujian dan menaati segala hukum yang telah Allah buat kepada kita. Hal ini yang sudah Yesus sendiri ajarkan melalui Doa Bapa Kami, sehingga relasi antara manusia dengan Allah dapat dipulihkan.
Penebusan yang telah Allah kerjakan bagi bangsa Israel merupakan otoritasNya sendiri, hasil dari perjanjian dengan Abraham. Dijelaskan bahwa Musa dipanggil Allah untuk memimpin bangsa Israel ke luar dari Mesir sehingga Allah menetapkan hukum-hukum untuk mereka taati selama mereka di padang gurun, dibandingkan dengan Perjanjian Baru yang menekankan mengenai iman maka bisa diselamatkan. Pada zaman Musa, ada beberapa imam yang bertugas sebagai pengajar hukum Allah kepada umat dan membawa persembahan umat kepada Allah. Mereka seharusnya menjadi contoh teladan bagi umat sehingga umat dapat hidup kudus (hidup pribadi dan sosial) berbeda dengan bangsa lain sehingga mewujudkan misi Allah bagi dunia.
Dalam menyampaikan misi kepada bangsa-bangsa lain, Allah telah memakai beberapa tokoh dalam Perjanjian Lama untuk menyatakan kebesaran dan kemuliaanNya sehingga bangsa di luar Israel boleh mengerti siapa Allah Israel. Tokoh Musa membawa pengaruh yang luar biasa bagi Israel karena mereka boleh merasakan kedekatan dengan Allah. Salomo adalah seorang raja yang sangat berhikmat dalam melakukan pemerintahan sehingga dia bisa membangun Bait Allah dan banyak orang Israel bisa melakukan persembahan di dalam Bait Allah, selain itu karena hikmat yang diberikan Salomo maka semua bangsa boleh datang mendengar hikmatnya. Yeremia adalah seorang nabi yang dipakai oleh Allah untuk menyatakan kesetiaan Allah di tengah bangsa Israel yang tidak setia kepadaNya. Yesaya adalah seorang nabi yang menjelaskan kehidupan bangsa Israel pada saat mereka mengalami pembuangan. Allah melalui Yesaya memberikan penegasan pembebasan bangsa Israel ke 2 sebagai pimpinan adalah Kristus. Pembebasan ini membawa penggenapa kedatangan Yesus Kristus yang dalam Perjanjian Baru disebutkan oleh murid-muridNya sebagai terang yang membawa kabar pemulihan kepada semua orang sehingga membuat persekutuan bisa bertumbuh.
Setelah kita melihat proses misi Allah disampaikan dalam Alkitab, sebenarnya kita mengakui bahwa kita harus memiliki hubungan pribadi yang kuat dengan Allah sehingga bisa membagikannya kepada orang lain. Musa adalah saksi dari kekuasaan dan keagungan Allah(YHWH) yang membawa Israel ke luar dari Mesir sehingga boleh dikenal sebagai satu-satunya Tuhan tunggal diantara segala bangsa dan mereka boleh mengenalNya. Dalam Kisah Rasul, kita boleh melihat keimanan Yohanes dan Petrus dalam melakukan penyembuhan terhadap orang sakit sehingga mereka akhirnya disidan di depan majelis. Sangat mencengangkan bahwa mereka dengan berani oleh iman percaya bisa menjelaskan bahwa Yesus merupakan seorang pendamai antara Bapa dan dunia sehingga membuat banyak orang menjadi percaya kepada Yesus.
Saksi Allah yang dijelaskan oleh Yesaya mengenai pembuangan Israel ke Babel dan biasanya suatu bangsa yang berhasil mengalahkan bangsa lain menganggap Allah yang dikalahkannya jauh lebih kecil. Allah Israel adalah Allah yang hidup namun Yesaya menceritakan bahwa YHWH membuang Israel karena ketidaktaatan Israel kepadaNya dan nabiNya. Bangsa Israel harus perlu memulihkan hubungan pribadi dengan Allah sehingga bisa melihat siapa Allah yang sebenarnya dibandingkan dengan bangsa lain. Yesus sendiri mengatakan bahwa para murid adalah saksi hidup dari apa yang mereka alami bersama Dia diantaranya penulis Kitab Injil, Paulus dan muridnya. Mereka seharusnya bisa membawa dampak perubahan yang besar sehingga Injil bisa disampaikan.
Berbicara mengenai misi tidak lepas dari Injil. Injil itu merupakan pesan Allah yang disampaikan kepada umatNya, hal ini kita lihat dalam kitab Yesaya bagaimana Allah sendiri nantinya akan hadir kepada umatNya. Yesaya mendapatkan nubuatan mengenai Allah yang datang sebagai pendamai, pembawa kabar, dan pemberi keselamatan kepada bangsa Israel. Allah akan mengumpulkan semua bangsa Israel yang mengalami pembuangan untuk beribadah kepadaNya. Penglihatan ini digenapi oleh Yesus Kristus yang dituliskan dalam kitab Injil mengenai pemerintahan, kedaulatan atas alam semesta, penebus sebagai korban penebusan. Pada saat kenaikan Yesus ke surge, Dia berpesan agar mereka sebagai saksi tentu saja harus membawa kabar keselamatan kepada bangsa-bangsa yang belum mengenalNya. Hal ini Paulus sendiri sudah alami pada saat perjumpaan dengan Dia sehingga membawa perubahan dalam dirinya. Injil menurut Paulus adalah hal sangat penting  dan tegas serta membawa perubahan bagi seluruh dunia sehingga percaya kepada Allah, merupakan kebenaran yang harus bisa dipertahankan.
Setelah Allah menyampaikan berita Injil, kemudia Dia melakukan pengutusan. Dalam Perjanjian Lama disebutkan beberapa tokoh yang diberi tugas pengutusan sehingga bisa membawa perubahan. Bagian terpenting yang disampaikan dalam pengutusan dalam Perjanjian Lama ada 2 bagian penting yang disebutkan yaitu Roh dan Firman memiliki 3 tujuan utama mengutus untuk keselamatan dan penyataan, mengutus dengan otoritas dan mengutus dengan penderitaan. Saat melakukan tugas ke dunia. Di Perjanjian Baru ada 3 Pribadi Tritunggal yang bisa memberikan pengaruh dalam diri Yesus dan Para Rasul, tugasNya menyatakan pesan keselamatan dan pernyataan kepada umat manusia. Yesus sudah menjelaskan kepada ke 12 muridNya dan Paulus untuk tidak hanya mengajarkan yang didapat dari Sang Guru namun harus berupa tindakan nyata terhadap sesama yang lebih spesifik kepad kehidupan gereja, masyarakat dan bangsa.
Sebagai orang Kristen, kita seharusnya bisa menempatkan Allah dalam setiap bidang kehidupan karena dunia ini membutuhkan orang-orang yang membawa perubahan.  Perubahan tersebut dapat dimulai dari cermin hidup kita yang berdasarkan nilai-nilai Kekristenan dan tidak hanya itu saja tetapi dalam tindakan nyata apa yang harus dikonforntasikan maupun yang harus ditolak. Dalam menjalankan tugas sebagai duta misi Allah kita harus bisa mendoakan bagi bangsa kita baik dalam pekerjaan maupun dalam semua bidang, karena itu merupakan langkah praktis yang dapat kita kerjakan yang berkaitan dengan kepedulian terhadap pemerintah. Hal ini bisa kita lakukan seperti yang Yeremia sudah ajakan kepada kita yaitu kita harus belajar untuk menolak allah asing yang ada di dunia ini, menderita terhadap sesuatu hal yang tidak sesuai dengan tujuan Allah dan berbeda dalam menyikapi banyak hal di dunia ini.
Sebagai respon terhadap pujian dan doa, maka perlu kita menjelaskan misi tersebut dalam cara ibadah, persekutuan dengan Allah sehingga membawa mereka yang belum mengenalNya boleh memuliakan Allah. Setiap kita yang sudah ditebus boleh layak memujiNya seperti yang dikatakan Paulus kepada jemaat di Efesus dan surat Petrus. Pujian merupakan cara terpenting untuk untuk bisa membawa bangsa kepada Allah seperti tokoh-tokoh dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru. Doa merupakan sarana yang digunakan untuk memuliakan Allah dengan tidak hanya mementingkan diri sendiri tetapi untuk lawan maupun bangsa lain. Dengan doa semua karya misi penginjilan dapat diterima dengan baik walaupun masih ada beberapa hambatan dari pihak-pihak tertentu.
Dari semua bagian yang dituliskan, saya belajar untuk bisa mengerti apakah misi itu sesungguhnya, tidak hanya bagi diri sendiri tetapi berdampak bagi orang lain. Banyak sekali Alkitab sudah menjelaskan beberapa tokoh yang tetap setia mengerjakan misi itu hingga misi tersebut boleh tergenapi. Melihat hal tersebut membuat saya merasa tersentak bagaimana kita dapat mebambil tindakan sesuai dengan profesi masing-masing yang tentu saja menghadirkan Allah dalam setiap pekerjaan maupun kaitannya dengan perubahan keadaan di Negara kita sendiri. Allah menginginkan kita tidak hanya menjadi ekor saja tetapi kepala atas semua orang yang belum mengenal Dia. Intinya kita harus mengerjakan misi tersebut dimulai dari panggilan diri kita, bermisi dalam keluarga, profesi, bahkan bisa membawa perubahan bagi bangsa kita.

Rabu, 08 Januari 2014

Buku radical disciple



Radical Disciple
Murid Radikal dibagi menjadi 2 kata yaitu;
1.      Murid dikaitkan sebagai pengikut Kristus/ “Kristen”. Ada beberapa bukti sejarah penggunaan kata Kristen yang ada di dalam Alkitab antara lain:
·         Kitab Kisah Para Rasul muncul kata Kristen oleh orang Syria Antiokhia. 
·         Rasul Paulus pada saat disidang di hadapan Raja Agripa 
·         Petrus memisahkan mereka yang menderita “sebagai pelaku kriminal dan sebagai orang Kristen” 
Kata murid dipakai selama berabad-abad. Pemuridan sejati bermakna sepenuh hati.
2.      Radikal diambil dari bahasa Latin (Radix) berarti akar (atau sumber). Dipakai abad ke 19 oleh William Cobbet dengan pandangan ekstrim, liberal dan reformis

Murid yang Radikal memiliki tingkat-tingkat komitmen yang berbeda dalam komunitas Kristen.

           
1.  Non Konformitas
Eskapifisme berarti melarikan diri dari dunia sedangkan konformisme berarti mengorbankan kekudusan kita dengan serupa. Ke dua hal tersebut tertulis di Taurat (contoh Musa), nabi-nabi (Yehezkiel), Injil (Kotbah di bukit) dan pengajaran para Rasul (Paulus).
Ada 4 bagian di dunia ini, tren kontemporer yang mengancam dan harus kita tolak:
a)      Pluralisme : validitas mandiri dan hak yang sama menolak klaim-klaim kekristenan tentang finalitas dan keunikannya. Respon terhadap orang Kristen memiliki kerendahan hati yang besar dan tanpa kesan hadirnya superioritas personal
Keunikan dan finalitas Yesus Kristus yaitu inkarnasiNya(hanya satu Allah-manusia), karya penebusan (hanya Dia yang mati bagi dosa dunia), dan kebangkitannNya (telah menaklukkan maut)
b)     Materialisme : perhatian terhadap benda-benda material yang dapat menahan kehidupan kerohanian. Menurut William Temple=> kekristenan sebagai agama yang paling material dari semua agama. Contoh Paulus & Ayub.
c)    Relativisme etika : revolusi dan etika sosial sejak tahun 1960 pernikahan bersifat monogami, heteroseksual persatuan kasih dan kesetiaan seumur hidup, dan merupakan tempat yang disediakan Allah bagi keintiman seksual.
Mengatasi hal ini, Yesus memberikan pesan kepada ketaatan dan menyepadankan hidup sesuai standar-standarnya. Hal yang sangat mendasar dalam perilaku Kristen adalah keTuhanan Yesus Kristus.
d)     Narsisme : cinta terhadap diri sendiri secara berlebihan, sebuah penghargaan yang tak terbatas terhadap diri. Cinta diri merupakan pandangan yang keliru bagi orang Kristen. Alasan?
·      Yesus berbicara tentang “perintah pertama dan terutama” dan perintah yang “kedua”, namun tidak menyebut sebuah perintah yang ketiga.
·      Salah satu tanda dari manusia yang hadir pada zaman akhir
·      Kasih Agape adalah pengorbanan dari seseorang dalam melayani orang lain.
              Kesimpulan dari bagian ini;
1.      Di hadapan semua tantangan dunia, kita dipanggil, bukan untuk menjadi orang-orang non konformis yang radikal.
2.      Menghadapi tantangan pluralisme, kita harus menjadi sebuah komunitas kebenaran , yang berdiri teguh berpegang pada keunikan Yesus Kristus.
3.      Menghadapi tantangan materialism, kita harus menjadi sebuah komunitas orang-orang sederhana dan kaum pengembara
4.      Menghadapi tantangan relativisme, kita harus menjadi sebuah komunitas yang taat.
5.      Menghadapi tantangan narsisme, kita harus menjadi sebuah komunitas kasih.

2.  Keserupaan Dengan Kristus
Bab ini dituliskan berdasarkan ceramah John Stott yang terkahir. 
Pertanyaan
1.      Apa tujuan Allah bagi umatNya?
2.      Memang benar, kita telah dipertobatkan namun apa selanjutnya?
Jawabnya : Allah ingin umatNya menjadi serupa dengan Kristus, sebab keserupaan dengan Kristus adalah kehendak Allah bagi uamtNya.

a.       Dasar Alkitabiah dan panggilan untuk menjadi serupa dengan Kristus (Rom 8:29, 2 Korintus 3:18, 1 Yoh 3:2). Menjadi serupa dengan gambar Allah sama seperti Yesus. Keserupaan dengan Kristus bertujuan sebagai penetapan kekal Allah. Dari 3 ayat dilihat dari cara pandang (lampau, kekinian, dan masa depan).
·         Tujuan kekal Allah (kita telah ditentukan…)
·         Tujuan Allah dalam sejarah (kita diubahkan, ditransformasikan oleh Roh Kudus)
·         Tujuan eskatologis puncak Allah (kita akan menjadi serupa denganNya)
b.      Beberapa contoh Perjanjian Baru
·         Kita menjadi serupa Kristus dalam inkarnasiNya (Paulus) Fil 2:5-8
·         Kita menjadi serupa Kristus dalam pelayananNya (Yesus) Yoh 13:14-15
·         Kita menjadi serupa Kristus dalam kasihNya (Paulus) Ef 5:2, 25
·         Kita menjadi serupa Kristus dalam ketabahanNya (Petrus) 1 Pet 2: 18,21
·         Kita menjadi serupa Kristus dalam misiNya (Petrus, Paulus) Yoh 17:18, 20:21
c.       3 Konsekuensi Praktis
·         Keserupaan dengan Kristus dan Misteri Penderitaan
·         Keserupaan dengan Kristus dan Tantangan Penginjilan
·         Keserupaan dengan Kristus dan Berdiamnya Roh Kudus

3.  Kedewasaan
Pernyataan Jhon Stott mengenai kekristenan di dunia disimpulkan dalam tiga kata, yakni “bertumbuh tanpa kedalaman”
Triumfalisme adalah kebanggaan yang angkuh akan kesuksesan atau dominasi dari suatu ideology atau agama di atas yang lain. Dalam Kol 1:28-29 terdapat kata sifat Yunani “teleios” diterjemahkan “sempurna”atau “dewasa”
Apakah jenis-jenis dari kedewasaan Kristen?
·         Kedewasan fisik
·         Kedewasaan intelektual
·         Kedewasaan moral
·         Kedewasaan emosional
 Kedewasaan rohani adalah kedewasaan “di dalam Kristus’ yakni memiliki sebuah hubungan yang dewasa dengan Kristus. Kedewasaan Kristen adalah kedewasaan dalam relasi kita dengan Kristus, baik dalam penyembahan kita, dalam iman, kasih kita dan ketaatan kita kepada Kristus.. Jika kita ingin mengembangkan kedewasaan Kristen yang sejati, diatas semuanya kita membutuhkan pandangan baru dan benar tentang Yesus Kristus.
Dalam Kol 1:15-20, Paulus sebenarnya memproklamasikan Kristus sebagai Tuhan atas ciptaan (yang melaluiNya segala sesuatu dijadikan) dan sebagai Tuhan atas GerejaNya (yang melaluiNya segala sesuatu telah diperdamaikan). Kedewasaan dalam Kristus secara tegas tidak hanya terbuka bagi beberapa orang khusus, ia terbuka bagi siapa saja. Setiap orang tidak boleh gagal mencapainya.
Slogan bagi setiap orang yang terpanggil dalam kepemimpinan “adanya kerinduan untuk mempersembahkan setiap orang yang dipercayakan kepada kita untuk menjadi dewasa di dalam Kristus.”
Bab ini mengandung 3 point pokok dalam cara pandang kita dengan penuh dan jelas tentang Yesus Kristus:
1.      Kita sendiri dapat bertumbuh dalam kedewasaan
2.      Agar boleh ketekunan kita dalam memproklamasikan Kristus dalam kepenuhanNya kepada orang lain.
3.      Kita juga dapat menjadikan orang lain dewasa.

4.  Kepedulian terhadap ciptaan
Alkitab mengatakan kepada kita bahwa dalam penciptaan Allah mendirikan bagi manusia 3 relasi yang sangat fundamental :
1.      Relasi terhadap diriNya sendiri, sebab Ia menciptakan mereka (manusia) dalam gambar dan rupaNya.
2.      Relasi satu terhadap yang lain, sebab umat manusia merupakan makhluk yang majemuk sejak mulanya.
3.      Relasi terhadap bumi yang diciptakan baik, beserta dengan segala ciptaan di dalamNya.
Ketiga relasi ini menyimpang akibat kejatuhan sehingga Adam dan hawa terpisah dari hadirat Tuhan Allah di taman Eden sehingga mengakibatkan bumi yang baik terkutuk akibat ketidaktaatan mereka. Jadi bagaimana seharusnya sikap kita terhadap bumi?
Alkitab menunjukkan caranya dengan membuat 2 penguatan yang sangat mendasar
1.      Tuhanlah yang empunya bumi (Maz 24:1)
2.      “Langit itu kepunyaan Tuhan dan bumi itu telah diberikanNya kepada anak-anak manusia” (Maz 115;16)
3.      Sebab bumi merupakan milik Allah,karena memang diciptakan oleh Allah dan merupakan milik kita, karena didelegasikan oleh Allah. Berarti bahwa Ia telah memberikan kepada kita tanggung jawab untuk menjaga dan mengembangkan bumi ini demi Dia.

Ada 3 posisi ekstrim yang saling bertolak belakang:
·         Menghindarkan diri untuk mengolah alam. Sikap Kristen yaitu kita menghargai alam, sebab Allah menjadikannya; kita tidak menyembah alam seolah-olah itu adalah Allah sendiri
·         Kita harus menghindarkan diri dari posisi ekstrim yang sebaliknya yakni eksploitasi alam
·         Adanya relasi yang tepat anatara umat manusia dan alam adalah kerjasama dengan Allah.
Alam adalah apa yang telah Allah berikan kepada kita, budaya adalah apa yang kita lakukan terhadap alam
            Krisis Ekologi
            Untuk menghadapi krisis tersebut telah ditelaah dalam pelbagai cara, namun setiap analisis yang ada mengandung 4 aspek:
1.      Percepatan pertumbuhan penduduk dunia
2.      Semakin menipisnya sumber daya alam yang dimiliki bumi
3.      Masalah pembuangan ilmiah
4.      Perubahan iklim

5.  Kesederhanaan
-sebuah hidup yang sederhana (riwayat Dan Lam)
- komitmen kaum injili terhadap pola hidup sederhana
Hidup dan gaya hidup saling berkaitan satu dengan yang lain dan tidak dapat dipisahkan. Jika hidup itu adalah hidup yang baru, maka gaya hidupnya tentulah harus baru pula
Di dalam Kongres Lausanne tentang Pekabaran Injil Dunia, mereka mengadakan acara tersebut bertujuan untuk mempelajari kaitan antara hidup sederhana dengan pekabaran Injil, upaya member dan upaya untuk keadilan
1.      Penciptaan (1Tim 4:4, 6:17)
2.      Menjadi Pengurus atas Ciptaan Allah (Kej 1:26-28, Kis 3:21)
3.      Kemiskinan dan harta kekayaan (Luk 12;15, Mat 19;23, 1Tim 6;18, 2Kor 8:9)
4.      Komunitas baru (Kis 4:32,34,5:4,1 Kor 11;20-27, 2 Kor 8;10-15)
5.      Gaya hidup pribadi
6.      Perkembangan Internasional
7.      Keadilan dan Politik
8.      Pekabaran Injil (kis 1:8)
9.      Kedatangan Tuhan (Mat 25:31-46)

6.  Keseimbangan
·         Bayi
Kelahiran baru adalah perubahan yang mendalam, batiniah, perubahan radikal, dikerjakan oleh Roh Kudus di dalam kepribadian kemanusiaan kita, yang olehNya kita memperoleh hati yang baru, hidup yang baru, dan menjadi ciptaan baru.
Yoh 3:7 mengandung makna bahwa kita tidak muncul dari kelahiran baru yang langsung dengan pemahaman dan karakter sebagai sorang Kristen dewasa, langsung menjadi seperti malaikat, melainkan seperti”bayi yang baru lahir –lemah, tidak dewasa, rapuh dan diatas semuanya membutuhkan pertumbuhan
·         Batu-batu
Dalam ayat 4-8 Petrus menggambarkan bangunan itu adalah bangunan yang tersusun atas batu-batu dan tanpa kesulitan kita dapat mengenalinya sebagai sebuah Gereja.
·         Imam-imam
Dalam masa Perjanjian Lama, para imam Israel  memiliki 2 hak istimewa:
1.      Mereka memiliki akses kepada Allah
2.      Korban persembahan yang diberikan kepada Allah
Dalam zaman Yesus Kristus, antara kaum imam dan kaum awam telah dihapuskan yang dulu dibatasi hanya bagi kaum imam, kini diberikan bagi semua orang. Maksud dari 2 hak istimewa tersebut adalah keimaman semua orang percaya yang dipulihkan kembali oleh para reformator pada saat reformasi
·         Umat Allah
Dalam ayat 9 dan 10 Petrus menyamakan Gereja dengan sebuah bangsa atau umat yakni umat kepunyaan Allah atau harta milikNya. Sang Rasul tidak menciptakan sendiri istilah-istilah tersebut melainkan demi untuk menjadi saksi-saksiNya, bukan supaya kita menikmati monopoli Injil, namun agar kita menyatakan “pujian”(atau “pemulihan”atau “karya-karya ajaib”) bagi Dia yang memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib”
·         Pendatang
Bahasa Yunani “pendatang’ mengindikasikan orang-orang yang tidak memiliki hak di tempat dimana mereka tinggal. “perantau”menggambarkan mereka yang tidak memiliki rumah.
Konsep kewarganegaraan yang kudus dan surgawi adalah kebenaran yang berbahaya, sebab kebenaran sangat mudah disimpangi lebih dari itu dan kebenaran sering disalahgunakan dan menjadi dalih untuk menghindarkan diri dari tanggung jawab kita terhadap bumi.
·         Pelayan
Dalam ayat 12-17 Rasul Petrus menekankan mengenai kewarganegaraan surgawi kita mendasar mengubah perilaku-perilaku kita; terhadap uang dan harta benda, sebagaimana kita melihat hidup sebagai sebuah perjalanan musafir antara dua momen ketelanjangan; terhadap tragedi dan penderitaan, sebagaimana kita melihat mereka dalam perspektif kekekalan; dan secara khusus sikap kita terhadap pencobaan dan dosa.

Dalam bab ini alasan Jhon Stott menuliskannya karena dia ingin menggambarkan siapa murid itu dalam enam metafor dalam surat Petrus:
1.      Sebagai bayi yang baru lahir kita dipanggil untuk bertumbuh
2.      Sebagai batu-batu hidup kita dipanggil untuk bersekutu
3.      Sebagai imam-imam kudus kita dipanggil dalam penyembahan
4.      Sebagai umat kepunyaan Allah kita dipanggil untuk bersaksi
5.      Sebagai perantau dan pendatang kita dipanggil kepada kekudusan
6.      Sebagai pelayan-pelayan Allah kita dipanggil dalam kewarganegaraan surge
Keenam metafor tersebut dirumuskan dalam tiga bagian penting dalam konsep keseimbangan:
1.      Kita dipanggil, baik kepada pemuridan yang bersifat individual maupun ke dalam persekutuan bersama
2.      Kita dipanggil baik dalam penyembahan maupun dalam karya nyata
3.      Kita dipanggil baik dalam perjalanan pengembaraan maupun dalam identitas kewarganegaraan surga

7.  Kebergantungan
Kita ini orang-orang berdosa yang bergantung kepada Allah akan belas kasih dan anugerahNya secara terus menerus. Mencoba untuk hidup tampaknya itulah makna dari dosa yang sesungguhnya. Kita juga saling membutuhkan satu dengan yang lain.
Eksposisi Doa Bapa Kami dari tulisan Jhon Stott mebagi dalam:
1.      Tiga permohonan mengekspresikan kerinduan kita untuk hadirNya kemuliaan Allah (dikuduskanlah nama Tuhan, kehadiran kerajaanNya, dan terjadinya kehendakNya).
2.      Tiga permohonan yang mengekspresikan kebergantungan kita atas anugerahNya (atas makanan kita setiap hari, atas pengampunan dosa-dosa kita dan agar dilepaskanNya kita dari yang jahat). Poin kedua merupakan rangkuman dari pemuridan
Kebergantungan yang tercakup dalam pengalaman-pengalaman dapat digunakan Allah untuk membawa kedewasaan yang lebih sempurna dalam diri kita. Perendahan adalah jalan menuju kerendahan hati setelah terbenam dalam keadaan yang tak berdaya rasanya merupakan hal yang mustahil untuk kembali berpikir mendaki bukit keyakinan kepada diri sendiri
Penolakan untuk bergantung kepada orang lain bukanlah tanda kedewasaan melainkan ketidakdewasaan. Kebergantungan merupakan karakteristik utama dari seorang murid yang radikal. Kebergantungan dalam pribadi Kristus tidaklah dapat membuat  seseorang kehilangan martabat mereka, kehilangan nilai diri mereka yang tinggi.
8.  Kematian
Kehidupan melalui kematian merupakan salah satu paradoks paling agung baik dalam iman Kristen maupun dalam kehidupan Kristen. Perspektif Alkitab yang radikal melihat kematian bukan sebagai akhir kehidupan melainkan sebagai gerbang menuju kehidupan.
Keselamatan
Keistimewaan khusus dari kehidupan ini bukan terletak pada kekekalannya (waktu yang panjang) melainkan pada kualitasnya sebagai sebuah kehidupan dari zaman baru. Penghalang untuk bersekutu dengan Allah adalah dosa dan maut. Di seluruh Alkitab, dosa dan maut adalah dua hal yang menyatu sebagai pelanggaran dan hukuman yang adil
Pemuridan
Dalam surat Galatia Rasul Paulus menyatakan bahwa ia telah disalibkan dengan Kristus dan semua yang menjadi milik Kristus telah menyalibkan natur berdosa mereka dengan segala keinginannya dan hasratnya. Inilah yang disebut “doktrin mortifikasi” yakni mematikan atau tidak mengakui lagi natur berdosa, yang ingin terus menyenangkan diri. Yesus sebenarnya menjanjikan penyingkapan diri yang sejati namun dengan harga penyangkalan diri, hidup sejati namun dengan harga kematian.
      Misi
Yesus mencontohkan diriNya, sebagai penggenapan nubuatan tentang sang hamba yang menderita, dan menyerukan pentingnya member tempat bagi penderitaan dalam misi. Kematian adalah jalan menuju kehidupan yang berbuah. Sejarah gereja Kristen telah dihiasi oleh misionaris-misionaris berani yang mempertaruhkan hidup mereka demi injil dan yang melihat pertumbuhan gereja sebagai hasilnya. Kematian bagi misionaris bisa berupa:
1.      Kematian terhadap kenyamanan dan ketentraman, keterpisahan dari rumah dan sanak keluarga
2.      Kematian terhadap ambisi pribadi saat mereka meninggalkan godaan untuk mengejar jenjang professional dan menjadi puas untuk tetap melayani sebagai hamba yang sederhana.
3.      Kematian terhadap imperialisme kultur, menolak untuk meninggalkan warisan budaya mereka dan sebaliknya mengidentifikasikan diri dengan budaya yang mereka adopsi.
Penganiayaan
Orang-orang Kristen tidak dijanjikan kekebalanmaupun kelepasan dan penderitaan. Namun, bahkan ditengah-tengah maut sekalipun, kita dapat mengalami hidup. 2 Korintus 4: 10-11 menegaskan bahwa kita dapat mengalami kematian dan kehidupan Yesus secara simultan. Ketika kita sedang dianiaya secara fisik dan tersadarkan akan kematian yang menanti kita, kita dapat mengalami daya hidup rohani yang ada dalam Yesus.
Surat Paulus bagi GerejaNya di Korintus adalah menyatakan hadirnya kekuatan lewat kelemahan, kemuliaan melalui penderitaan dan hidup melalui kematian.
      Kemartiran
Dr. Josif Ton, seorang pengikut Yesus Kristus yang telah menunjukkan lewat hidup dan pengajarannya bahwa penderitaan dan bahkan kematian merupakan bagian yang tidak dapat diabaikan dari pemuridan Kristen. Pernyataan Dietrich Bonhoeffer saat berada dalam tiang gantung”Inilah akhirnya, namun bagi saya merupakan awal kehidupan”.
      Kefanaan
John Stott menyatakan bahwa dia telah disemangati oleh konsep paradoks kehidupan melalui kematian, kematian membawa ketakutan bagi orang banyak. Namun kematian tidak membuat takut orang-orang Kristen. Kekalahan kematian adalah satu hal, anugerah kehidupan adalah hal yang lain. Rasul Yohanes menggunakan bahasa gambar untuk mendefinisikan kehidupan kekal:
1.      Menggambarkan umat Allah mendapati nama mereka tercantum dalam kitab kehidupan (wahyu 3:5, 21:27)
2.      Terus-menerus dapat menikmati akses bebas kepada jalan kehidupan
3.      Dapat minum secara bebas dari air kehidupan.
Di dalam banyak kuburan dan batu nisan bertuliskan mors janua vitae, kematian adalah gerbang menuju kehidupan. Paulus memiliki prinsip jika hidup berarti Kristus bagi kita, maka kematian akan membawa keuntungan. Pastilah kehidupan yang akan datang akan “lebih baik” daripada hidup di atas bumi.
Kematian adalah peristiwa yang tidak wajar dan tidak menyenangkan, sebuah akhir. Namun dalam setiap situasi kematian adalah cara untuk memperoleh hidup sehingga jika ingin hidup kita harus mengalami kematian. Inilah perspektif radikal, paradoks dari kekristenan.
Kesimpulan
Hal mendasar yang diperlukan dalam semua pemuridan adalah bahwa ketetapan hati kita tidaklah sekadar menyanjung Yesus dengan gelar-gelar yang santun namun juga mengikuti ajaranNya dan mentaati perintah-perintahNya
       ”Sebuah buku memiliki keunikan sendiri. Buku-buku kesukaan kita akan menjadi semakin berharga bagi kita dan bahkan kita akan membangun relasi yang semakin hidup dan semakin mencintai buku-buku tersebut”