Rabu, 08 Januari 2014

Buku radical disciple



Radical Disciple
Murid Radikal dibagi menjadi 2 kata yaitu;
1.      Murid dikaitkan sebagai pengikut Kristus/ “Kristen”. Ada beberapa bukti sejarah penggunaan kata Kristen yang ada di dalam Alkitab antara lain:
·         Kitab Kisah Para Rasul muncul kata Kristen oleh orang Syria Antiokhia. 
·         Rasul Paulus pada saat disidang di hadapan Raja Agripa 
·         Petrus memisahkan mereka yang menderita “sebagai pelaku kriminal dan sebagai orang Kristen” 
Kata murid dipakai selama berabad-abad. Pemuridan sejati bermakna sepenuh hati.
2.      Radikal diambil dari bahasa Latin (Radix) berarti akar (atau sumber). Dipakai abad ke 19 oleh William Cobbet dengan pandangan ekstrim, liberal dan reformis

Murid yang Radikal memiliki tingkat-tingkat komitmen yang berbeda dalam komunitas Kristen.

           
1.  Non Konformitas
Eskapifisme berarti melarikan diri dari dunia sedangkan konformisme berarti mengorbankan kekudusan kita dengan serupa. Ke dua hal tersebut tertulis di Taurat (contoh Musa), nabi-nabi (Yehezkiel), Injil (Kotbah di bukit) dan pengajaran para Rasul (Paulus).
Ada 4 bagian di dunia ini, tren kontemporer yang mengancam dan harus kita tolak:
a)      Pluralisme : validitas mandiri dan hak yang sama menolak klaim-klaim kekristenan tentang finalitas dan keunikannya. Respon terhadap orang Kristen memiliki kerendahan hati yang besar dan tanpa kesan hadirnya superioritas personal
Keunikan dan finalitas Yesus Kristus yaitu inkarnasiNya(hanya satu Allah-manusia), karya penebusan (hanya Dia yang mati bagi dosa dunia), dan kebangkitannNya (telah menaklukkan maut)
b)     Materialisme : perhatian terhadap benda-benda material yang dapat menahan kehidupan kerohanian. Menurut William Temple=> kekristenan sebagai agama yang paling material dari semua agama. Contoh Paulus & Ayub.
c)    Relativisme etika : revolusi dan etika sosial sejak tahun 1960 pernikahan bersifat monogami, heteroseksual persatuan kasih dan kesetiaan seumur hidup, dan merupakan tempat yang disediakan Allah bagi keintiman seksual.
Mengatasi hal ini, Yesus memberikan pesan kepada ketaatan dan menyepadankan hidup sesuai standar-standarnya. Hal yang sangat mendasar dalam perilaku Kristen adalah keTuhanan Yesus Kristus.
d)     Narsisme : cinta terhadap diri sendiri secara berlebihan, sebuah penghargaan yang tak terbatas terhadap diri. Cinta diri merupakan pandangan yang keliru bagi orang Kristen. Alasan?
·      Yesus berbicara tentang “perintah pertama dan terutama” dan perintah yang “kedua”, namun tidak menyebut sebuah perintah yang ketiga.
·      Salah satu tanda dari manusia yang hadir pada zaman akhir
·      Kasih Agape adalah pengorbanan dari seseorang dalam melayani orang lain.
              Kesimpulan dari bagian ini;
1.      Di hadapan semua tantangan dunia, kita dipanggil, bukan untuk menjadi orang-orang non konformis yang radikal.
2.      Menghadapi tantangan pluralisme, kita harus menjadi sebuah komunitas kebenaran , yang berdiri teguh berpegang pada keunikan Yesus Kristus.
3.      Menghadapi tantangan materialism, kita harus menjadi sebuah komunitas orang-orang sederhana dan kaum pengembara
4.      Menghadapi tantangan relativisme, kita harus menjadi sebuah komunitas yang taat.
5.      Menghadapi tantangan narsisme, kita harus menjadi sebuah komunitas kasih.

2.  Keserupaan Dengan Kristus
Bab ini dituliskan berdasarkan ceramah John Stott yang terkahir. 
Pertanyaan
1.      Apa tujuan Allah bagi umatNya?
2.      Memang benar, kita telah dipertobatkan namun apa selanjutnya?
Jawabnya : Allah ingin umatNya menjadi serupa dengan Kristus, sebab keserupaan dengan Kristus adalah kehendak Allah bagi uamtNya.

a.       Dasar Alkitabiah dan panggilan untuk menjadi serupa dengan Kristus (Rom 8:29, 2 Korintus 3:18, 1 Yoh 3:2). Menjadi serupa dengan gambar Allah sama seperti Yesus. Keserupaan dengan Kristus bertujuan sebagai penetapan kekal Allah. Dari 3 ayat dilihat dari cara pandang (lampau, kekinian, dan masa depan).
·         Tujuan kekal Allah (kita telah ditentukan…)
·         Tujuan Allah dalam sejarah (kita diubahkan, ditransformasikan oleh Roh Kudus)
·         Tujuan eskatologis puncak Allah (kita akan menjadi serupa denganNya)
b.      Beberapa contoh Perjanjian Baru
·         Kita menjadi serupa Kristus dalam inkarnasiNya (Paulus) Fil 2:5-8
·         Kita menjadi serupa Kristus dalam pelayananNya (Yesus) Yoh 13:14-15
·         Kita menjadi serupa Kristus dalam kasihNya (Paulus) Ef 5:2, 25
·         Kita menjadi serupa Kristus dalam ketabahanNya (Petrus) 1 Pet 2: 18,21
·         Kita menjadi serupa Kristus dalam misiNya (Petrus, Paulus) Yoh 17:18, 20:21
c.       3 Konsekuensi Praktis
·         Keserupaan dengan Kristus dan Misteri Penderitaan
·         Keserupaan dengan Kristus dan Tantangan Penginjilan
·         Keserupaan dengan Kristus dan Berdiamnya Roh Kudus

3.  Kedewasaan
Pernyataan Jhon Stott mengenai kekristenan di dunia disimpulkan dalam tiga kata, yakni “bertumbuh tanpa kedalaman”
Triumfalisme adalah kebanggaan yang angkuh akan kesuksesan atau dominasi dari suatu ideology atau agama di atas yang lain. Dalam Kol 1:28-29 terdapat kata sifat Yunani “teleios” diterjemahkan “sempurna”atau “dewasa”
Apakah jenis-jenis dari kedewasaan Kristen?
·         Kedewasan fisik
·         Kedewasaan intelektual
·         Kedewasaan moral
·         Kedewasaan emosional
 Kedewasaan rohani adalah kedewasaan “di dalam Kristus’ yakni memiliki sebuah hubungan yang dewasa dengan Kristus. Kedewasaan Kristen adalah kedewasaan dalam relasi kita dengan Kristus, baik dalam penyembahan kita, dalam iman, kasih kita dan ketaatan kita kepada Kristus.. Jika kita ingin mengembangkan kedewasaan Kristen yang sejati, diatas semuanya kita membutuhkan pandangan baru dan benar tentang Yesus Kristus.
Dalam Kol 1:15-20, Paulus sebenarnya memproklamasikan Kristus sebagai Tuhan atas ciptaan (yang melaluiNya segala sesuatu dijadikan) dan sebagai Tuhan atas GerejaNya (yang melaluiNya segala sesuatu telah diperdamaikan). Kedewasaan dalam Kristus secara tegas tidak hanya terbuka bagi beberapa orang khusus, ia terbuka bagi siapa saja. Setiap orang tidak boleh gagal mencapainya.
Slogan bagi setiap orang yang terpanggil dalam kepemimpinan “adanya kerinduan untuk mempersembahkan setiap orang yang dipercayakan kepada kita untuk menjadi dewasa di dalam Kristus.”
Bab ini mengandung 3 point pokok dalam cara pandang kita dengan penuh dan jelas tentang Yesus Kristus:
1.      Kita sendiri dapat bertumbuh dalam kedewasaan
2.      Agar boleh ketekunan kita dalam memproklamasikan Kristus dalam kepenuhanNya kepada orang lain.
3.      Kita juga dapat menjadikan orang lain dewasa.

4.  Kepedulian terhadap ciptaan
Alkitab mengatakan kepada kita bahwa dalam penciptaan Allah mendirikan bagi manusia 3 relasi yang sangat fundamental :
1.      Relasi terhadap diriNya sendiri, sebab Ia menciptakan mereka (manusia) dalam gambar dan rupaNya.
2.      Relasi satu terhadap yang lain, sebab umat manusia merupakan makhluk yang majemuk sejak mulanya.
3.      Relasi terhadap bumi yang diciptakan baik, beserta dengan segala ciptaan di dalamNya.
Ketiga relasi ini menyimpang akibat kejatuhan sehingga Adam dan hawa terpisah dari hadirat Tuhan Allah di taman Eden sehingga mengakibatkan bumi yang baik terkutuk akibat ketidaktaatan mereka. Jadi bagaimana seharusnya sikap kita terhadap bumi?
Alkitab menunjukkan caranya dengan membuat 2 penguatan yang sangat mendasar
1.      Tuhanlah yang empunya bumi (Maz 24:1)
2.      “Langit itu kepunyaan Tuhan dan bumi itu telah diberikanNya kepada anak-anak manusia” (Maz 115;16)
3.      Sebab bumi merupakan milik Allah,karena memang diciptakan oleh Allah dan merupakan milik kita, karena didelegasikan oleh Allah. Berarti bahwa Ia telah memberikan kepada kita tanggung jawab untuk menjaga dan mengembangkan bumi ini demi Dia.

Ada 3 posisi ekstrim yang saling bertolak belakang:
·         Menghindarkan diri untuk mengolah alam. Sikap Kristen yaitu kita menghargai alam, sebab Allah menjadikannya; kita tidak menyembah alam seolah-olah itu adalah Allah sendiri
·         Kita harus menghindarkan diri dari posisi ekstrim yang sebaliknya yakni eksploitasi alam
·         Adanya relasi yang tepat anatara umat manusia dan alam adalah kerjasama dengan Allah.
Alam adalah apa yang telah Allah berikan kepada kita, budaya adalah apa yang kita lakukan terhadap alam
            Krisis Ekologi
            Untuk menghadapi krisis tersebut telah ditelaah dalam pelbagai cara, namun setiap analisis yang ada mengandung 4 aspek:
1.      Percepatan pertumbuhan penduduk dunia
2.      Semakin menipisnya sumber daya alam yang dimiliki bumi
3.      Masalah pembuangan ilmiah
4.      Perubahan iklim

5.  Kesederhanaan
-sebuah hidup yang sederhana (riwayat Dan Lam)
- komitmen kaum injili terhadap pola hidup sederhana
Hidup dan gaya hidup saling berkaitan satu dengan yang lain dan tidak dapat dipisahkan. Jika hidup itu adalah hidup yang baru, maka gaya hidupnya tentulah harus baru pula
Di dalam Kongres Lausanne tentang Pekabaran Injil Dunia, mereka mengadakan acara tersebut bertujuan untuk mempelajari kaitan antara hidup sederhana dengan pekabaran Injil, upaya member dan upaya untuk keadilan
1.      Penciptaan (1Tim 4:4, 6:17)
2.      Menjadi Pengurus atas Ciptaan Allah (Kej 1:26-28, Kis 3:21)
3.      Kemiskinan dan harta kekayaan (Luk 12;15, Mat 19;23, 1Tim 6;18, 2Kor 8:9)
4.      Komunitas baru (Kis 4:32,34,5:4,1 Kor 11;20-27, 2 Kor 8;10-15)
5.      Gaya hidup pribadi
6.      Perkembangan Internasional
7.      Keadilan dan Politik
8.      Pekabaran Injil (kis 1:8)
9.      Kedatangan Tuhan (Mat 25:31-46)

6.  Keseimbangan
·         Bayi
Kelahiran baru adalah perubahan yang mendalam, batiniah, perubahan radikal, dikerjakan oleh Roh Kudus di dalam kepribadian kemanusiaan kita, yang olehNya kita memperoleh hati yang baru, hidup yang baru, dan menjadi ciptaan baru.
Yoh 3:7 mengandung makna bahwa kita tidak muncul dari kelahiran baru yang langsung dengan pemahaman dan karakter sebagai sorang Kristen dewasa, langsung menjadi seperti malaikat, melainkan seperti”bayi yang baru lahir –lemah, tidak dewasa, rapuh dan diatas semuanya membutuhkan pertumbuhan
·         Batu-batu
Dalam ayat 4-8 Petrus menggambarkan bangunan itu adalah bangunan yang tersusun atas batu-batu dan tanpa kesulitan kita dapat mengenalinya sebagai sebuah Gereja.
·         Imam-imam
Dalam masa Perjanjian Lama, para imam Israel  memiliki 2 hak istimewa:
1.      Mereka memiliki akses kepada Allah
2.      Korban persembahan yang diberikan kepada Allah
Dalam zaman Yesus Kristus, antara kaum imam dan kaum awam telah dihapuskan yang dulu dibatasi hanya bagi kaum imam, kini diberikan bagi semua orang. Maksud dari 2 hak istimewa tersebut adalah keimaman semua orang percaya yang dipulihkan kembali oleh para reformator pada saat reformasi
·         Umat Allah
Dalam ayat 9 dan 10 Petrus menyamakan Gereja dengan sebuah bangsa atau umat yakni umat kepunyaan Allah atau harta milikNya. Sang Rasul tidak menciptakan sendiri istilah-istilah tersebut melainkan demi untuk menjadi saksi-saksiNya, bukan supaya kita menikmati monopoli Injil, namun agar kita menyatakan “pujian”(atau “pemulihan”atau “karya-karya ajaib”) bagi Dia yang memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib”
·         Pendatang
Bahasa Yunani “pendatang’ mengindikasikan orang-orang yang tidak memiliki hak di tempat dimana mereka tinggal. “perantau”menggambarkan mereka yang tidak memiliki rumah.
Konsep kewarganegaraan yang kudus dan surgawi adalah kebenaran yang berbahaya, sebab kebenaran sangat mudah disimpangi lebih dari itu dan kebenaran sering disalahgunakan dan menjadi dalih untuk menghindarkan diri dari tanggung jawab kita terhadap bumi.
·         Pelayan
Dalam ayat 12-17 Rasul Petrus menekankan mengenai kewarganegaraan surgawi kita mendasar mengubah perilaku-perilaku kita; terhadap uang dan harta benda, sebagaimana kita melihat hidup sebagai sebuah perjalanan musafir antara dua momen ketelanjangan; terhadap tragedi dan penderitaan, sebagaimana kita melihat mereka dalam perspektif kekekalan; dan secara khusus sikap kita terhadap pencobaan dan dosa.

Dalam bab ini alasan Jhon Stott menuliskannya karena dia ingin menggambarkan siapa murid itu dalam enam metafor dalam surat Petrus:
1.      Sebagai bayi yang baru lahir kita dipanggil untuk bertumbuh
2.      Sebagai batu-batu hidup kita dipanggil untuk bersekutu
3.      Sebagai imam-imam kudus kita dipanggil dalam penyembahan
4.      Sebagai umat kepunyaan Allah kita dipanggil untuk bersaksi
5.      Sebagai perantau dan pendatang kita dipanggil kepada kekudusan
6.      Sebagai pelayan-pelayan Allah kita dipanggil dalam kewarganegaraan surge
Keenam metafor tersebut dirumuskan dalam tiga bagian penting dalam konsep keseimbangan:
1.      Kita dipanggil, baik kepada pemuridan yang bersifat individual maupun ke dalam persekutuan bersama
2.      Kita dipanggil baik dalam penyembahan maupun dalam karya nyata
3.      Kita dipanggil baik dalam perjalanan pengembaraan maupun dalam identitas kewarganegaraan surga

7.  Kebergantungan
Kita ini orang-orang berdosa yang bergantung kepada Allah akan belas kasih dan anugerahNya secara terus menerus. Mencoba untuk hidup tampaknya itulah makna dari dosa yang sesungguhnya. Kita juga saling membutuhkan satu dengan yang lain.
Eksposisi Doa Bapa Kami dari tulisan Jhon Stott mebagi dalam:
1.      Tiga permohonan mengekspresikan kerinduan kita untuk hadirNya kemuliaan Allah (dikuduskanlah nama Tuhan, kehadiran kerajaanNya, dan terjadinya kehendakNya).
2.      Tiga permohonan yang mengekspresikan kebergantungan kita atas anugerahNya (atas makanan kita setiap hari, atas pengampunan dosa-dosa kita dan agar dilepaskanNya kita dari yang jahat). Poin kedua merupakan rangkuman dari pemuridan
Kebergantungan yang tercakup dalam pengalaman-pengalaman dapat digunakan Allah untuk membawa kedewasaan yang lebih sempurna dalam diri kita. Perendahan adalah jalan menuju kerendahan hati setelah terbenam dalam keadaan yang tak berdaya rasanya merupakan hal yang mustahil untuk kembali berpikir mendaki bukit keyakinan kepada diri sendiri
Penolakan untuk bergantung kepada orang lain bukanlah tanda kedewasaan melainkan ketidakdewasaan. Kebergantungan merupakan karakteristik utama dari seorang murid yang radikal. Kebergantungan dalam pribadi Kristus tidaklah dapat membuat  seseorang kehilangan martabat mereka, kehilangan nilai diri mereka yang tinggi.
8.  Kematian
Kehidupan melalui kematian merupakan salah satu paradoks paling agung baik dalam iman Kristen maupun dalam kehidupan Kristen. Perspektif Alkitab yang radikal melihat kematian bukan sebagai akhir kehidupan melainkan sebagai gerbang menuju kehidupan.
Keselamatan
Keistimewaan khusus dari kehidupan ini bukan terletak pada kekekalannya (waktu yang panjang) melainkan pada kualitasnya sebagai sebuah kehidupan dari zaman baru. Penghalang untuk bersekutu dengan Allah adalah dosa dan maut. Di seluruh Alkitab, dosa dan maut adalah dua hal yang menyatu sebagai pelanggaran dan hukuman yang adil
Pemuridan
Dalam surat Galatia Rasul Paulus menyatakan bahwa ia telah disalibkan dengan Kristus dan semua yang menjadi milik Kristus telah menyalibkan natur berdosa mereka dengan segala keinginannya dan hasratnya. Inilah yang disebut “doktrin mortifikasi” yakni mematikan atau tidak mengakui lagi natur berdosa, yang ingin terus menyenangkan diri. Yesus sebenarnya menjanjikan penyingkapan diri yang sejati namun dengan harga penyangkalan diri, hidup sejati namun dengan harga kematian.
      Misi
Yesus mencontohkan diriNya, sebagai penggenapan nubuatan tentang sang hamba yang menderita, dan menyerukan pentingnya member tempat bagi penderitaan dalam misi. Kematian adalah jalan menuju kehidupan yang berbuah. Sejarah gereja Kristen telah dihiasi oleh misionaris-misionaris berani yang mempertaruhkan hidup mereka demi injil dan yang melihat pertumbuhan gereja sebagai hasilnya. Kematian bagi misionaris bisa berupa:
1.      Kematian terhadap kenyamanan dan ketentraman, keterpisahan dari rumah dan sanak keluarga
2.      Kematian terhadap ambisi pribadi saat mereka meninggalkan godaan untuk mengejar jenjang professional dan menjadi puas untuk tetap melayani sebagai hamba yang sederhana.
3.      Kematian terhadap imperialisme kultur, menolak untuk meninggalkan warisan budaya mereka dan sebaliknya mengidentifikasikan diri dengan budaya yang mereka adopsi.
Penganiayaan
Orang-orang Kristen tidak dijanjikan kekebalanmaupun kelepasan dan penderitaan. Namun, bahkan ditengah-tengah maut sekalipun, kita dapat mengalami hidup. 2 Korintus 4: 10-11 menegaskan bahwa kita dapat mengalami kematian dan kehidupan Yesus secara simultan. Ketika kita sedang dianiaya secara fisik dan tersadarkan akan kematian yang menanti kita, kita dapat mengalami daya hidup rohani yang ada dalam Yesus.
Surat Paulus bagi GerejaNya di Korintus adalah menyatakan hadirnya kekuatan lewat kelemahan, kemuliaan melalui penderitaan dan hidup melalui kematian.
      Kemartiran
Dr. Josif Ton, seorang pengikut Yesus Kristus yang telah menunjukkan lewat hidup dan pengajarannya bahwa penderitaan dan bahkan kematian merupakan bagian yang tidak dapat diabaikan dari pemuridan Kristen. Pernyataan Dietrich Bonhoeffer saat berada dalam tiang gantung”Inilah akhirnya, namun bagi saya merupakan awal kehidupan”.
      Kefanaan
John Stott menyatakan bahwa dia telah disemangati oleh konsep paradoks kehidupan melalui kematian, kematian membawa ketakutan bagi orang banyak. Namun kematian tidak membuat takut orang-orang Kristen. Kekalahan kematian adalah satu hal, anugerah kehidupan adalah hal yang lain. Rasul Yohanes menggunakan bahasa gambar untuk mendefinisikan kehidupan kekal:
1.      Menggambarkan umat Allah mendapati nama mereka tercantum dalam kitab kehidupan (wahyu 3:5, 21:27)
2.      Terus-menerus dapat menikmati akses bebas kepada jalan kehidupan
3.      Dapat minum secara bebas dari air kehidupan.
Di dalam banyak kuburan dan batu nisan bertuliskan mors janua vitae, kematian adalah gerbang menuju kehidupan. Paulus memiliki prinsip jika hidup berarti Kristus bagi kita, maka kematian akan membawa keuntungan. Pastilah kehidupan yang akan datang akan “lebih baik” daripada hidup di atas bumi.
Kematian adalah peristiwa yang tidak wajar dan tidak menyenangkan, sebuah akhir. Namun dalam setiap situasi kematian adalah cara untuk memperoleh hidup sehingga jika ingin hidup kita harus mengalami kematian. Inilah perspektif radikal, paradoks dari kekristenan.
Kesimpulan
Hal mendasar yang diperlukan dalam semua pemuridan adalah bahwa ketetapan hati kita tidaklah sekadar menyanjung Yesus dengan gelar-gelar yang santun namun juga mengikuti ajaranNya dan mentaati perintah-perintahNya
       ”Sebuah buku memiliki keunikan sendiri. Buku-buku kesukaan kita akan menjadi semakin berharga bagi kita dan bahkan kita akan membangun relasi yang semakin hidup dan semakin mencintai buku-buku tersebut”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar