Radical
Disciple
Murid Radikal dibagi menjadi 2 kata yaitu;
1.
Murid dikaitkan sebagai pengikut
Kristus/ “Kristen”. Ada beberapa bukti sejarah penggunaan kata Kristen yang ada
di dalam Alkitab antara lain:
·
Kitab Kisah Para Rasul muncul kata
Kristen oleh orang Syria Antiokhia. · Rasul Paulus pada saat disidang di hadapan Raja Agripa
· Petrus memisahkan mereka yang menderita “sebagai pelaku kriminal dan sebagai orang Kristen”
Kata murid dipakai selama berabad-abad. Pemuridan sejati bermakna sepenuh hati.
2.
Radikal diambil dari bahasa Latin
(Radix) berarti akar (atau sumber). Dipakai abad ke 19 oleh William Cobbet
dengan pandangan ekstrim, liberal dan reformis
Murid
yang Radikal memiliki tingkat-tingkat komitmen yang berbeda dalam komunitas
Kristen.
1. Non Konformitas
Eskapifisme
berarti melarikan diri dari dunia sedangkan konformisme berarti mengorbankan
kekudusan kita dengan serupa. Ke dua hal tersebut tertulis di Taurat (contoh
Musa), nabi-nabi (Yehezkiel), Injil (Kotbah di bukit) dan pengajaran para Rasul
(Paulus).
Ada 4 bagian di dunia
ini, tren kontemporer yang mengancam dan harus kita tolak:
a) Pluralisme
: validitas mandiri dan hak yang sama menolak klaim-klaim kekristenan tentang
finalitas dan keunikannya. Respon terhadap orang Kristen memiliki kerendahan
hati yang besar dan tanpa kesan hadirnya superioritas personal
Keunikan dan finalitas
Yesus Kristus yaitu inkarnasiNya(hanya satu Allah-manusia), karya penebusan
(hanya Dia yang mati bagi dosa dunia), dan kebangkitannNya (telah menaklukkan
maut)
b)
Materialisme : perhatian terhadap benda-benda
material yang dapat menahan kehidupan kerohanian. Menurut William Temple=>
kekristenan sebagai agama yang paling material dari semua agama. Contoh Paulus
& Ayub.
c)
Relativisme etika : revolusi dan etika sosial
sejak tahun 1960 pernikahan bersifat monogami, heteroseksual persatuan kasih
dan kesetiaan seumur hidup, dan merupakan tempat yang disediakan Allah bagi
keintiman seksual.
Mengatasi hal ini,
Yesus memberikan pesan kepada ketaatan dan menyepadankan hidup sesuai
standar-standarnya. Hal yang sangat mendasar dalam perilaku Kristen adalah
keTuhanan Yesus Kristus.
d)
Narsisme : cinta terhadap diri sendiri
secara berlebihan, sebuah penghargaan yang tak terbatas terhadap diri. Cinta
diri merupakan pandangan yang keliru bagi orang Kristen. Alasan?
·
Yesus berbicara tentang “perintah
pertama dan terutama” dan perintah yang “kedua”, namun tidak menyebut sebuah
perintah yang ketiga.
· Salah
satu tanda dari manusia yang hadir pada zaman akhir
· Kasih
Agape adalah pengorbanan dari seseorang dalam melayani orang lain.
Kesimpulan dari bagian ini;
1. Di
hadapan semua tantangan dunia, kita dipanggil, bukan untuk menjadi orang-orang
non konformis yang radikal.
2.
Menghadapi tantangan pluralisme, kita
harus menjadi sebuah komunitas kebenaran , yang berdiri teguh berpegang pada
keunikan Yesus Kristus.
3.
Menghadapi tantangan materialism, kita
harus menjadi sebuah komunitas orang-orang sederhana dan kaum pengembara
4.
Menghadapi tantangan relativisme, kita
harus menjadi sebuah komunitas yang taat.
5.
Menghadapi tantangan narsisme, kita
harus menjadi sebuah komunitas kasih.
2. Keserupaan Dengan Kristus
Bab ini dituliskan berdasarkan ceramah
John Stott yang terkahir. Pertanyaan
1. Apa
tujuan Allah bagi umatNya?
2. Memang
benar, kita telah dipertobatkan namun apa selanjutnya?
Jawabnya : Allah ingin umatNya menjadi
serupa dengan Kristus, sebab keserupaan dengan Kristus adalah kehendak Allah
bagi uamtNya.
a.
Dasar Alkitabiah dan panggilan untuk
menjadi serupa dengan Kristus (Rom 8:29, 2 Korintus 3:18, 1 Yoh 3:2). Menjadi
serupa dengan gambar Allah sama seperti Yesus. Keserupaan dengan Kristus
bertujuan sebagai penetapan kekal Allah. Dari 3 ayat dilihat dari cara pandang
(lampau, kekinian, dan masa depan).
·
Tujuan kekal Allah (kita telah
ditentukan…)
·
Tujuan Allah dalam sejarah (kita
diubahkan, ditransformasikan oleh Roh Kudus)
·
Tujuan eskatologis puncak Allah (kita
akan menjadi serupa denganNya)
b.
Beberapa contoh Perjanjian Baru
·
Kita menjadi serupa Kristus dalam
inkarnasiNya (Paulus) Fil 2:5-8
·
Kita menjadi serupa Kristus dalam
pelayananNya (Yesus) Yoh 13:14-15
·
Kita menjadi serupa Kristus dalam
kasihNya (Paulus) Ef 5:2, 25
·
Kita menjadi serupa Kristus dalam
ketabahanNya (Petrus) 1 Pet 2: 18,21
·
Kita menjadi serupa Kristus dalam
misiNya (Petrus, Paulus) Yoh 17:18, 20:21
c.
3 Konsekuensi Praktis
·
Keserupaan dengan Kristus dan Misteri
Penderitaan
·
Keserupaan dengan Kristus dan Tantangan
Penginjilan
·
Keserupaan dengan Kristus dan Berdiamnya
Roh Kudus
3. Kedewasaan
Pernyataan
Jhon Stott mengenai kekristenan di dunia disimpulkan dalam tiga kata, yakni
“bertumbuh tanpa kedalaman”
Triumfalisme
adalah kebanggaan yang angkuh akan kesuksesan atau dominasi dari suatu ideology
atau agama di atas yang lain. Dalam Kol 1:28-29 terdapat kata sifat Yunani “teleios” diterjemahkan “sempurna”atau
“dewasa”
Apakah
jenis-jenis dari kedewasaan Kristen?
·
Kedewasan fisik
·
Kedewasaan intelektual
·
Kedewasaan moral
·
Kedewasaan emosional
Kedewasaan rohani adalah kedewasaan “di dalam
Kristus’ yakni memiliki sebuah hubungan yang dewasa dengan Kristus. Kedewasaan
Kristen adalah kedewasaan dalam relasi kita dengan Kristus, baik dalam
penyembahan kita, dalam iman, kasih kita dan ketaatan kita kepada Kristus..
Jika kita ingin mengembangkan kedewasaan Kristen yang sejati, diatas semuanya
kita membutuhkan pandangan baru dan benar tentang Yesus Kristus.
Dalam
Kol 1:15-20, Paulus sebenarnya memproklamasikan Kristus sebagai Tuhan atas
ciptaan (yang melaluiNya segala sesuatu dijadikan) dan sebagai Tuhan atas
GerejaNya (yang melaluiNya segala sesuatu telah diperdamaikan). Kedewasaan
dalam Kristus secara tegas tidak hanya terbuka bagi beberapa orang khusus, ia
terbuka bagi siapa saja. Setiap orang tidak boleh gagal mencapainya.
Slogan
bagi setiap orang yang terpanggil dalam kepemimpinan “adanya kerinduan untuk
mempersembahkan setiap orang yang dipercayakan kepada kita untuk menjadi dewasa
di dalam Kristus.”
Bab
ini mengandung 3 point pokok dalam cara pandang kita dengan penuh dan jelas
tentang Yesus Kristus:
1. Kita
sendiri dapat bertumbuh dalam kedewasaan
2.
Agar boleh ketekunan kita dalam
memproklamasikan Kristus dalam kepenuhanNya kepada orang lain.
3.
Kita juga dapat menjadikan orang lain
dewasa.
4. Kepedulian terhadap ciptaan
Alkitab
mengatakan kepada kita bahwa dalam penciptaan Allah mendirikan bagi manusia 3
relasi yang sangat fundamental :
1. Relasi
terhadap diriNya sendiri, sebab Ia menciptakan mereka (manusia) dalam gambar
dan rupaNya.
2. Relasi
satu terhadap yang lain, sebab umat manusia merupakan makhluk yang majemuk
sejak mulanya.
3. Relasi
terhadap bumi yang diciptakan baik, beserta dengan segala ciptaan di dalamNya.
Ketiga relasi ini menyimpang akibat
kejatuhan sehingga Adam dan hawa terpisah dari hadirat Tuhan Allah di taman
Eden sehingga mengakibatkan bumi yang baik terkutuk akibat ketidaktaatan
mereka. Jadi bagaimana seharusnya sikap kita terhadap bumi?
Alkitab menunjukkan caranya dengan
membuat 2 penguatan yang sangat mendasar
1. Tuhanlah
yang empunya bumi (Maz 24:1)
2. “Langit
itu kepunyaan Tuhan dan bumi itu telah diberikanNya kepada anak-anak manusia”
(Maz 115;16)
3. Sebab
bumi merupakan milik Allah,karena memang diciptakan oleh Allah dan merupakan
milik kita, karena didelegasikan oleh Allah. Berarti bahwa Ia telah memberikan
kepada kita tanggung jawab untuk menjaga dan mengembangkan bumi ini demi Dia.
Ada
3 posisi ekstrim yang saling bertolak belakang:
·
Menghindarkan diri untuk mengolah alam.
Sikap Kristen yaitu kita menghargai alam, sebab Allah menjadikannya; kita tidak
menyembah alam seolah-olah itu adalah Allah sendiri
·
Kita harus menghindarkan diri dari
posisi ekstrim yang sebaliknya yakni eksploitasi alam
·
Adanya relasi yang tepat anatara umat
manusia dan alam adalah kerjasama dengan Allah.
Alam adalah apa yang telah Allah berikan kepada
kita, budaya adalah apa yang kita lakukan terhadap alam
Krisis Ekologi
Untuk menghadapi krisis tersebut
telah ditelaah dalam pelbagai cara, namun setiap analisis yang ada mengandung 4
aspek:
1.
Percepatan pertumbuhan penduduk dunia
2.
Semakin menipisnya sumber daya alam yang
dimiliki bumi
3.
Masalah pembuangan ilmiah
4.
Perubahan iklim
5. Kesederhanaan
-sebuah hidup yang sederhana
(riwayat Dan Lam)
- komitmen kaum injili terhadap
pola hidup sederhana
Hidup
dan gaya hidup saling berkaitan satu dengan yang lain dan tidak dapat
dipisahkan. Jika hidup itu adalah hidup yang baru, maka gaya hidupnya tentulah
harus baru pula
Di
dalam Kongres Lausanne tentang Pekabaran Injil Dunia, mereka mengadakan acara
tersebut bertujuan untuk mempelajari kaitan antara hidup sederhana dengan
pekabaran Injil, upaya member dan upaya untuk keadilan
1. Penciptaan
(1Tim 4:4, 6:17)
2. Menjadi
Pengurus atas Ciptaan Allah (Kej 1:26-28, Kis 3:21)
3. Kemiskinan
dan harta kekayaan (Luk 12;15, Mat 19;23, 1Tim 6;18, 2Kor 8:9)
4. Komunitas
baru (Kis 4:32,34,5:4,1 Kor 11;20-27, 2 Kor 8;10-15)
5. Gaya
hidup pribadi
6. Perkembangan
Internasional
7. Keadilan
dan Politik
8. Pekabaran
Injil (kis 1:8)
9. Kedatangan
Tuhan (Mat 25:31-46)
6. Keseimbangan
·
Bayi
Kelahiran baru adalah
perubahan yang mendalam, batiniah, perubahan radikal, dikerjakan oleh Roh Kudus
di dalam kepribadian kemanusiaan kita, yang olehNya kita memperoleh hati yang
baru, hidup yang baru, dan menjadi ciptaan baru.
Yoh 3:7 mengandung
makna bahwa kita tidak muncul dari kelahiran baru yang langsung dengan
pemahaman dan karakter sebagai sorang Kristen dewasa, langsung menjadi seperti
malaikat, melainkan seperti”bayi yang baru lahir –lemah, tidak dewasa, rapuh
dan diatas semuanya membutuhkan pertumbuhan
·
Batu-batu
Dalam ayat 4-8 Petrus menggambarkan
bangunan itu adalah bangunan yang tersusun atas batu-batu dan tanpa kesulitan
kita dapat mengenalinya sebagai sebuah Gereja.
·
Imam-imam
Dalam masa Perjanjian Lama, para imam
Israel memiliki 2 hak istimewa:
1. Mereka
memiliki akses kepada Allah
2. Korban
persembahan yang diberikan kepada Allah
Dalam zaman Yesus Kristus, antara kaum
imam dan kaum awam telah dihapuskan yang dulu dibatasi hanya bagi kaum imam,
kini diberikan bagi semua orang. Maksud dari 2 hak istimewa tersebut adalah
keimaman semua orang percaya yang dipulihkan kembali oleh para reformator pada
saat reformasi
·
Umat
Allah
Dalam ayat 9 dan 10 Petrus menyamakan
Gereja dengan sebuah bangsa atau umat yakni umat kepunyaan Allah atau harta
milikNya. Sang Rasul tidak menciptakan sendiri istilah-istilah tersebut
melainkan demi untuk menjadi saksi-saksiNya, bukan supaya kita menikmati
monopoli Injil, namun agar kita menyatakan “pujian”(atau “pemulihan”atau
“karya-karya ajaib”) bagi Dia yang memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada
terangNya yang ajaib”
·
Pendatang
Bahasa Yunani “pendatang’
mengindikasikan orang-orang yang tidak memiliki hak di tempat dimana mereka
tinggal. “perantau”menggambarkan mereka yang tidak memiliki rumah.
Konsep kewarganegaraan yang kudus dan
surgawi adalah kebenaran yang berbahaya, sebab kebenaran sangat mudah
disimpangi lebih dari itu dan kebenaran sering disalahgunakan dan menjadi dalih
untuk menghindarkan diri dari tanggung jawab kita terhadap bumi.
·
Pelayan
Dalam ayat 12-17 Rasul Petrus menekankan
mengenai kewarganegaraan surgawi kita mendasar mengubah perilaku-perilaku kita;
terhadap uang dan harta benda, sebagaimana kita melihat hidup sebagai sebuah
perjalanan musafir antara dua momen ketelanjangan; terhadap tragedi dan
penderitaan, sebagaimana kita melihat mereka dalam perspektif kekekalan; dan
secara khusus sikap kita terhadap pencobaan dan dosa.
Dalam bab ini alasan Jhon Stott
menuliskannya karena dia ingin menggambarkan siapa murid itu dalam enam metafor
dalam surat Petrus:
1. Sebagai
bayi yang baru lahir kita dipanggil untuk bertumbuh
2. Sebagai
batu-batu hidup kita dipanggil untuk bersekutu
3. Sebagai
imam-imam kudus kita dipanggil dalam penyembahan
4. Sebagai
umat kepunyaan Allah kita dipanggil untuk bersaksi
5. Sebagai
perantau dan pendatang kita dipanggil kepada kekudusan
6. Sebagai
pelayan-pelayan Allah kita dipanggil dalam kewarganegaraan surge
Keenam
metafor tersebut dirumuskan dalam tiga bagian penting dalam konsep
keseimbangan:
1. Kita
dipanggil, baik kepada pemuridan yang bersifat individual maupun ke dalam
persekutuan bersama
2. Kita
dipanggil baik dalam penyembahan maupun dalam karya nyata
3. Kita
dipanggil baik dalam perjalanan pengembaraan maupun dalam identitas
kewarganegaraan surga
7. Kebergantungan
Kita ini orang-orang
berdosa yang bergantung kepada Allah akan belas kasih dan anugerahNya secara
terus menerus. Mencoba untuk hidup tampaknya itulah makna dari dosa yang
sesungguhnya. Kita juga saling membutuhkan satu dengan yang lain.
Eksposisi Doa Bapa Kami
dari tulisan Jhon Stott mebagi dalam:
1. Tiga
permohonan mengekspresikan kerinduan kita untuk hadirNya kemuliaan Allah
(dikuduskanlah nama Tuhan, kehadiran kerajaanNya, dan terjadinya kehendakNya).
2. Tiga
permohonan yang mengekspresikan kebergantungan kita atas anugerahNya (atas
makanan kita setiap hari, atas pengampunan dosa-dosa kita dan agar
dilepaskanNya kita dari yang jahat). Poin kedua merupakan rangkuman dari
pemuridan
Kebergantungan
yang tercakup dalam pengalaman-pengalaman dapat digunakan Allah untuk membawa
kedewasaan yang lebih sempurna dalam diri kita. Perendahan adalah jalan menuju
kerendahan hati setelah terbenam dalam keadaan yang tak berdaya rasanya
merupakan hal yang mustahil untuk kembali berpikir mendaki bukit keyakinan
kepada diri sendiri
Penolakan
untuk bergantung kepada orang lain bukanlah tanda kedewasaan melainkan
ketidakdewasaan. Kebergantungan merupakan karakteristik utama dari seorang
murid yang radikal. Kebergantungan dalam pribadi Kristus tidaklah dapat
membuat seseorang kehilangan martabat
mereka, kehilangan nilai diri mereka yang tinggi.
8. Kematian
Kehidupan melalui
kematian merupakan salah satu paradoks paling agung baik dalam iman Kristen
maupun dalam kehidupan Kristen. Perspektif Alkitab yang radikal melihat
kematian bukan sebagai akhir kehidupan melainkan sebagai gerbang menuju
kehidupan.
Keselamatan
Keistimewaan khusus
dari kehidupan ini bukan terletak pada kekekalannya (waktu yang panjang)
melainkan pada kualitasnya sebagai sebuah kehidupan dari zaman baru. Penghalang
untuk bersekutu dengan Allah adalah dosa dan maut. Di seluruh Alkitab, dosa dan
maut adalah dua hal yang menyatu sebagai pelanggaran dan hukuman yang adil
Pemuridan
Dalam
surat Galatia Rasul Paulus menyatakan bahwa ia telah disalibkan dengan Kristus
dan semua yang menjadi milik Kristus telah menyalibkan natur berdosa mereka
dengan segala keinginannya dan hasratnya. Inilah yang disebut “doktrin
mortifikasi” yakni mematikan atau tidak mengakui lagi natur berdosa, yang ingin
terus menyenangkan diri. Yesus sebenarnya menjanjikan penyingkapan diri yang
sejati namun dengan harga penyangkalan diri, hidup sejati namun dengan harga
kematian.
Misi
Yesus
mencontohkan diriNya, sebagai penggenapan nubuatan tentang sang hamba yang
menderita, dan menyerukan pentingnya member tempat bagi penderitaan dalam misi.
Kematian adalah jalan menuju kehidupan yang berbuah. Sejarah gereja Kristen
telah dihiasi oleh misionaris-misionaris berani yang mempertaruhkan hidup
mereka demi injil dan yang melihat pertumbuhan gereja sebagai hasilnya.
Kematian bagi misionaris bisa berupa:
1. Kematian
terhadap kenyamanan dan ketentraman, keterpisahan dari rumah dan sanak keluarga
2. Kematian
terhadap ambisi pribadi saat mereka meninggalkan godaan untuk mengejar jenjang
professional dan menjadi puas untuk tetap melayani sebagai hamba yang
sederhana.
3. Kematian
terhadap imperialisme kultur, menolak untuk meninggalkan warisan budaya mereka
dan sebaliknya mengidentifikasikan diri dengan budaya yang mereka adopsi.
Penganiayaan
Orang-orang
Kristen tidak dijanjikan kekebalanmaupun kelepasan dan penderitaan. Namun,
bahkan ditengah-tengah maut sekalipun, kita dapat mengalami hidup. 2 Korintus
4: 10-11 menegaskan bahwa kita dapat mengalami kematian dan kehidupan Yesus
secara simultan. Ketika kita sedang dianiaya secara fisik dan tersadarkan akan
kematian yang menanti kita, kita dapat mengalami daya hidup rohani yang ada
dalam Yesus.
Surat
Paulus bagi GerejaNya di Korintus adalah menyatakan hadirnya kekuatan lewat
kelemahan, kemuliaan melalui penderitaan dan hidup melalui kematian.
Kemartiran
Dr.
Josif Ton, seorang pengikut Yesus Kristus yang telah menunjukkan lewat hidup
dan pengajarannya bahwa penderitaan dan bahkan kematian merupakan bagian yang
tidak dapat diabaikan dari pemuridan Kristen. Pernyataan Dietrich Bonhoeffer
saat berada dalam tiang gantung”Inilah akhirnya, namun bagi saya merupakan awal
kehidupan”.
Kefanaan
John
Stott menyatakan bahwa dia telah disemangati oleh konsep paradoks kehidupan
melalui kematian, kematian membawa ketakutan bagi orang banyak. Namun kematian
tidak membuat takut orang-orang Kristen. Kekalahan kematian adalah satu hal,
anugerah kehidupan adalah hal yang lain. Rasul Yohanes menggunakan bahasa
gambar untuk mendefinisikan kehidupan kekal:
1. Menggambarkan
umat Allah mendapati nama mereka tercantum dalam kitab kehidupan (wahyu 3:5,
21:27)
2. Terus-menerus
dapat menikmati akses bebas kepada jalan kehidupan
3. Dapat
minum secara bebas dari air kehidupan.
Di
dalam banyak kuburan dan batu nisan bertuliskan mors janua vitae, kematian adalah gerbang menuju kehidupan. Paulus
memiliki prinsip jika hidup berarti Kristus bagi kita, maka kematian akan
membawa keuntungan. Pastilah kehidupan yang akan datang akan “lebih baik”
daripada hidup di atas bumi.
Kematian
adalah peristiwa yang tidak wajar dan tidak menyenangkan, sebuah akhir. Namun
dalam setiap situasi kematian adalah cara untuk memperoleh hidup sehingga jika
ingin hidup kita harus mengalami kematian. Inilah perspektif radikal, paradoks
dari kekristenan.
Kesimpulan
Hal mendasar yang diperlukan dalam semua pemuridan adalah
bahwa ketetapan hati kita tidaklah sekadar menyanjung Yesus dengan gelar-gelar
yang santun namun juga mengikuti ajaranNya dan mentaati perintah-perintahNya
”Sebuah buku memiliki keunikan sendiri.
Buku-buku kesukaan kita akan menjadi semakin berharga bagi kita dan bahkan kita
akan membangun relasi yang semakin hidup dan semakin mencintai buku-buku
tersebut”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar